IMPLIKASI AL-QUR’AN DAN HADITS TERHADAP
PENDIDIKAN ISLAM
Materi : Ilmu Pendidikan Islam
A. Pendahuluan
Pendidikan mempunyai kiprah penting pada masa kini ini, lantaran tanpa melalui pendidikan proses transformasi dan aktualisasi pengetahuan modern sulit intuk diwujudkan. Demikian halnya bentuk pengetahuan ilmiah dalam pencapaiannya harus melalui proses pendidikan yang ilmiah pula. Melalui metodologi dan kerangka keilmuan yang teruji. Karena tanpa melalui proses ini pengetahuan yang didapat tidak sanggup dikatakan ilmiah.
Dalam Islam pendidikan tidak hanya dilaksanakan dalam batas waktu tertentu saja, melainkan dilakukan sepanjang masa (long life education). Islam memotivasi pemeluknya untuk selalu meningkatkan kualitas keilmuan dan pengetahuan. Tuan atau muda, laki-laki atau wanita, miskin atau kaya, mendapatkan porsi sama dalam pandangan Islam dalam kewajiban menuntut ilmu (pendidikan). Bukan hanya pengetahuan yang terkait urusan ukhrowi saja yang ditekankan oleh Islam, melainkan pengetahuan yang terkait dengan urusan duniawi juga. Karena mustahil insan mencapai kebahagiaan hari kelak tanpa melalui jalan kehidupan ini.
Islam juga akan menekankan akan pentingnya membaca, menelaah, meneliti segala sesuatu yang terjadi dialam ini. Membaca, menelaah, meneliti hanya bias dilakukan manusia, lantaran hanya insan mahluk yang memeiliki logika dan hati. Selanjutnya dengan kelebihan logika dan hati, insan memahami fenomena-fenomena yang ada disekitarnya, termasuk pengetahuan. Dan sebagai implikasinya kelestarian dan keseimbangan alam harus dijaga sebagai bentuk pengejawantahan kiprah insan sebagai khalifah fil ardh serta adanya kurikulum.
B. Rumusan Masalah
1. Apa dasar-dasar perihal pendidikan Islam menurut Al-Qur’an dan Hadits ?
2. Bagaimana pola dasar pelaksanaan pendidikan Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits ?
3. Bagaimana taktik pendidikan Islam ?
C. Pembahasan
1. Dasar-dasar tentang pendidikan Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits
Berbicara perihal dasar pendidikan Islam tidak pernah terlepas dari dua pedoman hidup umat Islam Al-Qur’an dan Hadits. Setiap usaha, kegiatan, tindakan yang disengaja untuk mencapai tujuan haruslah mempunyai dasar atau landasan sebagai daerah berpijak yang baik dan kuat. Demikian juga dengan proses pendidikan, sebagai kegiatan yang bergerak dalam bidang pendidikan dan training kepribadian, tentunya pendidikan Islam memerlukan landasan kerja yang berfungsi sebagai pegangan langkah pelaksanaan dan sebagai jalur langkah yang menentukan arah perjuangan tersebut.
Maka tentunya pendidikan Islam memerlukan landasan kerja untuk menawarkan arah bagi programnya. Sebab adanya dasar pendidikan berfungsi sebagai jalan menuju arah dari perjuangan tersebut.[1]
a) Al-Qur'an
Al-Qur’an merupakan sumber pertama dan yang paling utama pendidikan Islam. Karena nilai otoriter yang terkandung didalamnya yang tiba dari tuhan.[2] Dan pendidikan Al-Qur’an juga mempunyai efek yang dahsyat apabila dipahami dengan tepat dan diikuti dan diterapkan secara utuh dan benar. Karenanya menyebabkan Al-Qur’an sebagi sumber bagi pendidikan Islam yaitu keharusan bagi umat Islam.
Dasar pelaksanaan pendidikan Islam terutama yaitu Al- Qur’an dan Al-Hadits. Dalam Al-Qur’an, surat Asy-Syura: 52
y7Ï9ºxx.ur !$uZøym÷rr& y7øs9Î) %[nrâ ô`ÏiB $tRÌøBr& 4 $tB |MZä. Íôs? $tB Ü=»tGÅ3ø9$# wur ß`»yJM}$# `Å3»s9ur çm»oYù=yèy_ #YqçR Ïök¨X ¾ÏmÎ/ `tB âä!$t±®S ô`ÏB $tRÏ$t6Ïã 4 y7¯RÎ)ur üÏöktJs9 4n<Î) :ÞºuÅÀ 5OÉ)tGó¡B ÇÎËÈ
Artinya :
“Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al- Qur’an) dengan perintah Kami sebelumnya kau tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menyebabkan Al-Qur’an itu cahaya yang Kami beri petunjuk dengan ia siapa yang Kami kehendaki diatara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kau benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang benar”. (Q.S. Asy-Syura.52).
Islam yaitu agama yang membawa misi umatnya menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Al-Qur`an merupakan landasan paling dasar yang dijadikan teladan dasar aturan perihal Pendidikan Agama Islam. Firman Allah perihal Pendidikan Agama Islam dalam Al-qur`an Surat Al –alaq ayat 1-5.
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ
t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ
ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ
Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ
zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
Artinya ;
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah membuat insan dari segumpal darah,
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada insan apa yang tidak diketahuinya.[3]
Dari ayat-ayat tersebut diatas dapatlah di ambil kesimpulan bahwa seperti Tuhan berkata hendaklah insan meyakini akan adanya Tuhan Pencipta manusia (dari segumpal darah), selanjutnya untuk memperkokoh keyakinan dan memeliharanya biar tidak luntur hendaklah melaksanakan pendidikan dan pengajaran.
Kemudian ada firman Allah dalam Al-Qur’an dalam surat an-Nahl ayat 78.
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& w cqßJn=÷ès? $\«øx© @yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur öNä3ª=yès9 crãä3ô±s? ÇÐÑÈ
Artinya.
“Dan Allah mengeluarkan kau dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui, dan ia member kau pendengaran, penglihatan, dan biar kau bersyukur”. (Q.S. an-Nahl. 78)[4]
Dengan pendengaran, penglihatan dan hati, insan sanggup memahami dan mengerti pengetahuan yang disampaikan kepadanya.
b) As-Sunnah
As-Sunnah yaitu dasar kedua hukum Islam, segala kegiatan umat Islam termasuk kegiatan dalam pendidikan. Alasan As- Sunnah sanggup dijadikan sumber pendidikan yang kedua adalah:
§ Allah memerintahkan kepada hamba-Nya biar mentaati kepada rasulullah dan wajib berpegang teguh atau mendapatkan segala yang tiba dari rasul Allah.
§ Pribadi rasulullah yaitu teladan bagi umat Islam.
As-sunnah didefenisikan sebagai sesuatu yang didapatkan dari Nabi Muhammad s.a.w. yang terdiri dari ucapan, perbuatan,persetujuan, sifat fisik atau budi, atau biografi, baik pada masa sebelum kenabian ataupun sesudahnya. Didalam dunia pendidikan, As-Sunnah mempunyai dua manfaat pokok. Manfaat pertama, As-sunnah bisa menjelaskan konsep dan kesempurnaan pendidikan islam sesuai dengan konsep Al-Qur’an, serta lebih merinci klarifikasi Al-Qur’an. Kedua, As-Sunnah sanggup menjadi contoh yang tepat dalam penentuan metode pendidikan.[5]
Telah kita ketahui bahwa diutusnya Nabi Muhammad saw salah satunya untuk memeperbaiki moral atau adat manusia, sebagaimana sabdanya :
اِنَّمَا بُعثْتُ لأُ تْمّمَ مَكَا رمَ الأَ خْلاَ ق. (رواه مسلم)
Artinya :
“Sesungguhnya saya diutus tiada lain yaitu untuk menyempurnakan akhlak”. (HR. Muslim)
Makna hadist ini sudah jelas, tujuannya sudah sanggup dimengerti oleh umat muslim, yaitu menyempurnakan keutamaan akhlak. Rasulullah Muhammad s.a.w. juga seorang pendidik, yang telah berhasil memebentuk masyarakat rabbaniya, masyarakat yang terdidik secara Islami. Bahkan Robert L. Gullick, Jr. dalam bukunya “Muhammad the educator” mengakui akan keberhasilan Nabi Muhammad dalam melaksanakan pendidikan.[6]
2. Pola dasar Pendidikan Islam Menurut Al-Qur’an dan Hadits
Pendidikan Agama Islam yang dilakukan suatu system menawarkan kemungkinan berprosesnya bagian-bagian menuju kearah tujuan yang ditetapkan sesuai tujuan dengan anutan Islam. Jalannya proses itu bersifat konsisten dan konstan (tetap) bila dilandasi pola dasar pendidikan yang bisa menjamin terwujudnya tujuan pendidikan agama Islam.
Dengan demikian, suatu system pendidikan agama Islam harus berkembang dari pola yang membentuknya menjadi pendidikan yang bercorak dan berwatakan Islam. Sifat konsisten dan konstan dari proses pendidikan tersebut tidak akan keluar dari pola dasarnya sehingga akibatnya juga sama dengan pola dasar tersebut.
Meletakan pola dasar pendidikan agama Islam berarti harus meletakan nilai-nilai dasar agama yang menawarkan ruang lingkup berkembangnya proses pendidikan Islam dalam rangka mencapai tujuan. Bukannya nilai-nilai dasar yang dibuat untuk mempunyai kecenderungan untuk menghambat atau menghalangi proses tersebut.
Jenis-jenis pendidikan tersebut adalah:
1. Pendidikan Jasmani (Tarbiyah al-Jismiyah)
2. Pendidikan Akal/Kecerdasan (Tarbiyah al-‘Aqliyah)
3. Pendidikan Akidah/Ketuhanan (Tarbiyah Ilahiyah)
4. Pendidikan Akhlak/Moral/Susila (Tarbiyah al-Khulqiyah)
5. Pendidikan Jiwa/Rohani (Tarbiyah ar-Ruhiyah)
6. Pendidikan Keindahan/Estetika dan (Tarbiyah al-Jamaliyah)
7. Pendidikan Kemasyarakatan/Sosial (Tarbiyah al-Ijtima’iyah)
Ketujuh jenis pendidikan tersebut, prinsip dasarnya terdapat dalam Al-Qur’an yang tersebar dalam beberapa ayat dan surah. Interpretasi dan klarifikasi terperinci terhadap ayat dalam Al-Qur’an sangat urgen, biar ayat yang berkaitan dengan ketujuh jenis pendidikan tersebut sanggup diimplementasikan dalam praktek pendidikan sehari-hari.
1. Pendidikan Jasmani (Tarbiyah al-Jismiyah)
Pendidikan jasmani yang dimaksud bukan sekedar dalam bentuk olah raga yang bertujuan menyehatkan tubuh, melainkan tercakup juga di dalamnya tujuan pembentukan watak. Melalui pendidikan jasmani diharapkan sanggup tumbuh dan berkembang dalam diri akseptor didik sifat dan watak yang baik, menyerupai sportif, disiplin, kerjasama, dan sebagainya.
Pendidikan jasmani tidak hanya bertujuan sehat jasmani saja, melainkan juga pada kesehatan rohani secara imbang, alasannya yaitu antara jasmani dan rohani terdapat ikatan serasi yang tidak sanggup dipisahkan. Pakar di bidang psikoklinis menyerupai Sigmund Freud contohnya menemukan bahwa dimensi pisik (jasmani) terkait erat dengan dimensi psikis (rohani).
Kesehatan dan kekuatan jasmani dibutuhkan untuk mengoptimalkan kiprah jasmani dalam segala hal. Al-Qur’an mensinyalir dalam Surah al-Anfal (8) ayat 60, sebagai berikut:
(#rÏãr&ur Nßgs9 $¨B OçF÷èsÜtGó$# `ÏiB ;o§qè% ÆÏBur ÅÞ$t/Íh È@øyÜø9$# cqç7Ïdöè? ¾ÏmÎ/ ¨rßtã «!$# öNà2¨rßtãur tûïÌyz#uäur `ÏB óOÎgÏRrß w ãNßgtRqßJn=÷ès? ª!$# öNßgßJn=÷èt 4 $tBur (#qà)ÏÿZè? `ÏB &äóÓx« Îû È@Î6y «!$# ¤$uqã öNä3ös9Î) óOçFRr&ur w cqßJn=ôàè? ÇÏÉÈ
Artinya :
”Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kau sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kau menggetarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kau tidak mengetahuinya…. (Q.S. 8 : 60)
Ayat di atas menegaskan urgensi kesehatan dan kekuatan jasmani dimiliki oleh setiap muslim, biar sanggup mengaktualisasikan kiprah dan fungsinya sebagai khalifah di atas bumi.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Nabi bersabda sebagai berikut:
“Hai Abdullah, bukankah telah dikabarkan kepadaku bekerjsama engkau berpuasa sepanjang hari dan bersalat sepanjang malam, apakah yang demikian itu betul? Maka saya menjawab, betul ya Rasulullah. Kemudian Nabi bersabda: “Jangan berbuat demikian, berpuasa dan berbukalah, tidur dan bangunlah! Sesungguhnya bagi jasmanimu bagimu ada hak, dan bagi matamu juga ada hak”.15)
2. Pendidikan Akal/Kecerdasan (Tarbiyah al-‘Aqliyah)
Islam mendidik umatnya biar senantiasa memakai potensi logika pikirannya. Melalui potensi akalnya insan sanggup mengamati, memahami, memikirkan dan mempelajari makhluk-makhluk Allah (tafakkaru fi khalqillah wa la tafakkaru fi zatillah) kemudian mengambil i’tibar dari makhluk-makhluk ciptaan-Nya itu. Tidak sedikit ayat di dalam Al-Qur’an yang menyuruh insan biar memakai logika pikirannya.
3. Pendidikan Akidah/Ketuhanan (Tarbiyah Ilahiyah)
Pendidikan Ketuhanan merupakan awal dari suatu gerakan historis misi kenabian, semenjak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad saw. Pendidikan Ketuhanan, mencakup klarifikasi dan internalisasi makna uluhiyah, rububiyah, dan ‘ubudiyah insan kepada penciptanya (Allah swt.) semata.
Mengesakan iktikad merupakan tujuan tertinggi pendidikan. Barang siapa yang mengesakan akidahnya, berarti mengesakan tujuan pendidikan dengan mengatur, mengarahkan dan merubah jalan pikirannya kepada tauhid, yaitu mengarahkan insan biar menjadi hamba Allah yang salih dengan jalan mengetahui dan mengabdikan diri hanya kepada-Nya. Sampai pada tahap ini dedikasi secara total (complete submission) kepada Allah betul-betul terwujud antara makhluk dengan khalik-Nya, (wama khalaqtu al-jinna wa al-insana illa li ya’buduni). Ajakan Al-Qur’an kepada insan untuk mengakui bahwa Allah swt. merupakan Tuhan mereka yang sebenarnya, sebagai berikut:
Artinya :
“Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah, yang tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya mencakup segala sesuatu (Q.S. 20 : 98)
4. Pendidikan Akhlak/Moral/Susila (Tarbiyah al-Khulqiyah)
Pendidikan adat sangat dipentingkan oleh Al-Qur’an, mengingat keberadaan insan sebagai makhluk yang mempunyai pertanggungjawaban religi dalam hubungan vertikal dengan Tuhan dan horizontal terhadap sesamanya.
Akhlak yang baik tidak hanya dimanifestasikan dalam hubungan antara makhluk dengan khaliknya atau hubungan antara sesamanya, melainkan lebih dari itu. Dalam Hubungan dengan segala yang terdapat dalam wujud dan kehidupan ini, Islam tetap mengharuskan diterapkannya adat yang terpuji.
Akhlak merupakan standar kepribadian manusia. Walau bagaimana hebatnya manusia, tanpa diimbangi, diiringi dan dihiasi perilakunya dengan adat yang terpuji, sia-sialah kehebatan itu. Al-Qur’an dalam hal ini mensinyalir sebagai berikut:
Artinya :
”Dan janganlah kau memalingkan mukamu dari insan (karena sombong) dan janganlah kau berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Q.S. 31 : 18)
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh at-Tabrani, Rasullah saw. bersabda sebagai berikut:
“Sebaik-baik insan ialah yang terbaik budi pekertinya”, (HR. at- Tabrani).
5. Pendidikan Rohani/Jiwa (Tarbiyah ar-Ruhiyah)
Manusia diciptakan oleh Tuhan dari dua unsur yang saling berketergantungan (interdependence), yaitu Madiy dan Gairu Madiy. Unsur Madiy disebut juga Jisim atau Badan. Sedang unsur Gairu Madiy mencakup al-‘Aql, an-Nafs, dan al-Ruh. Interdependesi keduanya melahirkan wujud makhluk yang disebut manusia.
Dalam Islam untuk menunjuk istilah jiwa, dipakai juga istilah Qalb (hati, ruh), Nafs (jiwa, nyawa), dan Aql (akal pikiran). Nafs lebih menekankan atau menyatakan sebagai unsur pencetus dan kegiatan biologis. Al-Qur’an menggunakannya dalam empat pengertian, yaitu nafas atau nyawa, nafsu, jiwa, dan diri atau keakuan.
6. Pendidikan Keindahan/Estetika (Tarbiyah al-Jamaliyah)
Keindahan, keteraturan, kerapian menerima porsi pembahasan yang cukup luas dalam Al-Qur’an. Bahkan Al-Qur’an mendramatisir keindahan, keteraturan dan kerapian dengan bahasa interpretatif yang tidak sanggup ditangkap oleh panca indra, menyerupai keindahan sorga.
Islam menyuruh insan membersihkan diri baik pisik maupun psikisnya biar higienis dan indah. Perintah berwudu sebelum menegakkan salat, merupakan bukti bahwa kebersihan sangat pentingkan oleh Islam. Begitu juga biar insan mengenakan pakaiannya sebelum atau dikala akan melaksanakan salat dan menutup auratnya, merupakan cermin keindahan.
Keindahan itu lebih terperinci lagi dalam penciptaan yang dilakukan oleh Tuhan. Melalui penciptaan tersebut, Tuhan mendidik insan biar senantiasa memperindah diri dalam kehidupan sehari-hari. Keindahan penciptaan insan disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
Artinya :
“Sesungguhnya Kami telah membuat insan dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (Q.S. at-Tin 95 : 4)
7. Pendidikan Sosial Kemasyarakatan (Tarbiyah al-Ijtima’iyah)
Di antara sebutan yang disandang oleh insan yaitu “Homo Socius” sebagai bukti keterikatannya dengan kelompok sosial yang lain. Hal ini berarti pula bahwa tak satupun di antara insan yang sanggup berdiri sendiri dalam hidup ini. Satu dengan yang lain saling membutuhkan dan saling tergantung untuk memenuhi hajat kehidupannya. Al-Qur’an mensinyalir sebagai berikut:
Artinya :
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan insan ….. (Q.S. Ali-Imran 3 : 112)
Melalui ayat ini insan diperintahkan untuk melaksanakan interaksi sosial, di samping harus secara terus-menerus menghubungkan diri dengan Tuhannya biar tercipta hubungan yang saling menguntungkan antar sesamanya.
Ketuju dimensi pendidikan yang di atas mencakup keseluruhan dimensi kehidupan insan sebagai subyek sekaligus obyek pendidikan. Jika keseluruhan dimensi pendidikan itu sanggup diimplementasikan dalam pendidikan, maka secara ideal akan memungkinkan insan memerankan kiprahnya sebagai khalifah di bumi secara optimal.
3. Strategi pendidikan Islam
Dalam kegiatan mengelola interaksi mencar ilmu mengajar guru paling tidak harus mempunyai dua modal dasar, yakni kemampuan mendisain acara dan keterampilan mengkomunikasikan acara tersebut kepada anak didik. Seorang guru harus bisa menentukan dan memilah taktik apa yang akan dipakai dalam pembelajaran. Strategi tersebut haruslah diadaptasi dengan materi yang akan diajarkan.[7]
Dalam Al-Qur’an juga dijelaskan bahwa dalam berdakwah Nabi Muhammad saw juga memakai taktik – taktik :
äí÷$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ
Artinya :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan nasihat dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui perihal siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang menerima petunjuk”. (Q.S. An-Nahl : 125)
Strategi pembelajaran berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai. Seorang guru yang mengajarkan ilmu pengetahuan dengan tujuan biar siswa menerima suatu pengetahuan yang bersifat kognitif, dengan memakai taktik pembelajaran yang efektif yaitu taktik yang sanggup membuat siswa menjadi lebih aktif semenjak memulai pelajaran hingga selesai.[8]
Dengan demikian, kendali pembelajaran bukan berada di tangan guru atau pendidik seutuhnya. Aktor pembelajaran yaitu siswa. Guru hanyalah sebagai fasilitator. Dengan suasana pembelajaran menyerupai ini, mudah yang banyak terlibat yaitu siswa. Dengan banyak terlibat secara aktif, otomatis siswa tidak akan merasa bosan. Justru para siswa akan merasa senang dan bergairah.
Jenis-Jenis Strategi Pendidikan
Secara umum, dikala dilihat dari segi penekanannya, taktik sanggup dibagi tiga:
a. Strategi mencar ilmu mengajar yang berpusat pada guru.
b. Strategi mencar ilmu mengajar yang berpusat pada akseptor didik.
c. Strategi mencar ilmu mengajar yang berpusat pada materi pengajaran.
Secara khusus, para pakar membagi taktik pembelajaran pada jenis-jenis yang banyak sekali, diantaranya:
a. Strategi Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa mempunyai pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel da-pat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
b. Strategi Pembelajaran Afektif
Strategi Pembelajaran Afektif memang berbedadengan taktik pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif bekerjasama dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh alasannya yaitu itu menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batasan tertentu memang afeksi sanggup muncul dalam tragedi behavioral, akan tetapi penilaiannya untuk hingga kepada kesimpulan yang bisa dipertanggungj awapkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini tidaklah gampang untuk dilakukan. Apabila menilai perubahan sikap sebagai akhir dari proses pembelajaran yang dilakukan guru disekolah kita tidak bisa menyimpulkan bahwa sikap anak itu baik, contohnya dilihat dari kebiasaan bahasa atau sopan santun yang bersangkutan, sebagai akhir dari proses pembelajaran yang dilakukan guru. Mungkin sikap itu terbentuk oleh kebiasaan guru dalam keluarga dan lingkungan sekitar.
c. Strategi Pembelajaran Kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jikalau memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kolaborasi dalam menuntaskan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
d. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Strategi pembelajaran berbasis dilema melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada siswa, yang berbagi kemampuan pemecahan dilema dan kemampuan mencar ilmu berdikari yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks kini ini. Pembelajaran Berbasis Masalah sanggup pula dimulai dengan melaksanakan kerja kelompok antar siswa. Siswa memeriksa sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menuntaskan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru).
e. Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori yaitu taktik pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara mulut dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud biar siswa sanggup menguasai materi pelajaran secara optimal. Dalam taktik ini materi pelajaran disampaikan pribadi oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakanakan sudah jadi. Karena taktik ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan taktik ”chalk and talk”.
d. Strategi Pembelajaran Inkuiri[9]
Pembelajaran dengan penemuan (inquiry) merupakan satu komponen penting dalam pendekatan konstruktifistik yang telah mempunyai sejarah panjang dalam penemuan atau pembaruan pendidikan. Dalam pembelajaran dengan penemuan atau inkuiri, siswa didorong untuk mencar ilmu sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk mempunyai pengalaman dan melaksanakan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Ø Manfaat Strategi Pendidikan
Dari klarifikasi di atas, terperinci bahwa manfaat taktik sangat menentukan keberhasilan dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan, apapun yang dilaksanakan dengan tanpa perencaan yang matang maka akan gagal. Quran mendukung hal ini, Allah berfirman:
$pkr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# öÝàZtFø9ur Ó§øÿtR $¨B ôMtB£s% 7tóÏ9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# 7Î7yz $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ÇÊÑÈ
Artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kau kerjakan." (QS. Al-Hasyr 59 : 18)
Strategi pembelajaran yang telah dirumuskan sedemikian rupa guna menyebabkan proses pembelajaran yang terarah. Proses pembelajaran yang terarah, pastinya akan berakhir pada kesuksesan proses itu sendiri.[10]
D. Kesimpulan
1. Bahwa Al-Qur’an dan Hadits merupukan sumber utama dasar dalam pendidikan agama Islam, Al-Qur’an juga mempunyai efek yang dahsyat apabila dipahami dengan tepat dan diikuti dan diterapkan secara utuh dan benar. As-sunnah didefenisikan sebagai sesuatu yang didapatkan dari Nabi Muhammad s.a.w. yang terdiri dari ucapan, perbuatan,persetujuan, sifat fisik atau budi, atau biografi, baik pada masa sebelum kenabian ataupun sesudahnya.
2. Dalam pola pendidikan Islam pola dasar berarti harus meletakan nilai-nilai dasar agama yang menawarkan ruang lingkup berkembangnya proses pendidikan Islam dalam rangka mencapai tujuan. Adapun aspek pendidikan mencakup pendidikan jasmani, pendidikan akal, pendidikan qolbu, pendidikan naluri.
3. Strategi pendidikan Islam merupakan tujuan yang akan dicapai seorang guru yang mengajarkan ilmu pengetahuan dengan tujuan biar siswa menerima suatu pengetahuan yang bersifat kognitif, biar dalam pelaksanaan pendidikan bisa berhasil maksimal apa yang di harapkan seorang guru.
E. Penutup
Demikianlah pemaparan makalah kami mengenai implikasi Al-qur’an dan Hadits terhadap pendidikan untuk mata kuliah ilmu pendidikan Islam. Tentunya masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah kami ini, Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pada pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Akhir kata semoga makalah kami sanggup bermanfaat bagi pembaca. Amin
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Quthb, Sistem Pendidkan Islam,
Muhammad Munthahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Sukses Offset,2011).
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an. (Bandung: Mizan,2001)
Mansyur, Strategi Belajar Mengajar. Penerbit Depag, 1996.
Hery Noer Aly dan Munzier Saputra, Pendidikan Islam KIni dan Mendatang, (Jakarta: CV. Triasco. 2003)
Munarji. Ilmu Pendidikan Islam.
Abdul mujib dan Jusuf Mudzakkir. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media,2006),
Nata, Abuddin. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran.( Jakarta: Kencana, 2009)
http://muharjah.blogspot.com/2012/12/v-behaviorurldefaultvmlo
http://putrabungsu-mengajaral-quran-hadis.blogspot.com/2011/05/makalah-metode-mengajar-al-quran
http//wordpress.com/2009/11/25/11 al-qur’an-tentang-pendidikan-jasmani.
[1]Muhammad Quthb, Sistem Pendidkan Islam, Hlm. 11.
[2] Muhammad Munthahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Sukses Offset,2011). Hlm.37
[3] M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an. (Bandung: Mizan,2001). Hlm.433
[4] Hery Noer Aly dan Munzier Saputra, Pendidikan Islam KIni dan Mendatang, (Jakarta: CV. Triasco. 2003). Hlm.109
[5] Munarji. Ilmu Pendidikan Islam. Hlm.51
[6] Abdul mujib dan Jusuf Mudzakkir. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media,2006), Hlm. 39
[7] http://putrabungsu-mengajaral-quran-hadis.blogspot.com/2011/05/makalah-metode-mengajar-al-quran.
[8] Mansyur, Strategi Belajar Mengajar. Penerbit Depag, 1996.
[9] Nata, Abuddin. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran.( Jakarta: Kencana, 2009)
[10] http://muharjah.blogspot.com/2012/12/v-behaviorurldefaultvmlo
Advertisement