PENGARUH PEMBERIAN REWARD TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IV MI AL HIKMAH PASIR MIJEN DEMAK
A. Latar Belakang Masalah
Sebuah pembelajaran yaitu suatu proses yang pelaksanaannya di lakukan pada setiap individu ataupun kelompok untuk merubah suatu sikap atau prilaku dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang jelek menjadi baik dan yang baik menjadi lebih baik lagi. Sedangkan proses mencar ilmu mengajar merupakan aktivitas pokok di dalam sebuah forum sekolah yang di dalamnya terjadi proses siswa mencar ilmu dan guru mengajar dalam konteks interaktif dan terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa, sehingga terdapat perubahan dalam diri siswa baik perubahan pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan keterampilan ataupun sikap. Melalui proses mengajar tersebut akan dicapai tujuan pendidikan tidak hanya dalam hal membentuk perubahan tingkah laris dalam diri siswa, akan tetapi juga meningkatkan pengetahuan yang ada dalam diri siswa terrsebut.
Akan tetapi pada realitasnya dalam proses mencar ilmu mengajar, guru seringkali mendapat kesulitan dalam pembelajaran. Misalnya: siswa merasa ngantuk, bosan saat pembelajaran berlangsung lantaran tidak ada yang menciptakan siswa itu semangat dalam pembelajaran tersebut. Hal ini mengakibatkan kurang aktifnya siswa dalam aktivitas pembelajaran, apalagi pada pelajaran yang dianggapnya sulit, jadi diharapkan adanya sebuah solusi untuk mengatasi problem-problem tersebut.
Seorang guru perlu menyebarkan pendekatan dan metode yang lebih bervariatif untuk mengatasi banyak sekali kesulitan siswa menyerupai rasa jenuh, bosan, adanya kemungkinan penerima didik kurang mendapat motivasi dari orang renta siswa dalam mendukung anaknya atau faktor lingkungan yang kurang mendukung. Untuk itu, guru harus mencari taktik atau inisiatif biar siswa sanggup tertarik atau lebih antusias dalam proses belajara mengajar.
Teori motivasi yang dikemukakan oleh Salvin bahwa motivasi mencar ilmu yaitu memperlihatkan penghargaan kepada kelompok terhadap personal maupun kelompok yang bisa mengekspresikan ide, pernyataan serta pendapat. Pemberian Perhatian. Pemberian perhatian yang cukup terhadap siswa dengan segala potensi yang dimilikinya merupakan bentuk motivasi yang sederhana, lantaran banyak yang tidak mempunyai motivasi mencar ilmu diakibatkan tidak dirasakannya adanya perhatian. Sebagaimana yang dijelaskan Dimyati dan Mudjiono (2002:42) prinsip-prinsip yang berkaitan dengan perhatian dan motivasi pembelajaran yaitu perhatian merupakan peranan penting dalam aktivitas belajar.
Pemberian hadiah dan kebanggaan merupakan reward atau penghargaan atas sikap baik yang dilakukan anak. Hal ini sangat diharapkan dalam hubungannya dengan minat dan penerapan disiplin pada anak. Reward atau penghargaan mempunyai tiga fungsi penting dalam mengajari anak berperilaku yang disetujui secara sosial. Fungsi yang pertama ialah mempunyai nilai pendidikan. Yang kedua, pemberian reward harus menjadi motivasi bagi anak untuk mengulangi sikap yang diterima oleh lingkungan atau masyarakat. Melalui reward, anak justru akan lebih termotivasi untuk mengulangi sikap yang memang diharapkan oleh masyarakat. Fungsi yang terakhir ialah untuk memperkuat sikap yang disetujui secara sosial dan tiadanya penghargaan melemahkan keinginan untuk mengulangi sikap tersebut. Dengan kata lain, anak akan mengasosiasikan reward dengan sikap yang disetujui masyarakat.
Oleh lantaran itu, peneliti mencoba menciptakan siswa lebih biar aktif dan semangat didalam aktivitas pembelajaran, dan meningkatkan semangat mencar ilmu dalam diri siswa. Dengan derma reward kepada siswa, diharapkan sanggup meningkatkan motivasi mereka untuk lebih ulet mencar ilmu dalam proses pembelajaran di kelas.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang penelitian di atas, maka sanggup dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu “Seberapa besar efek pemberian reward terhadap motivasi mencar ilmu siswa kelas IV MI AL HIKMAH PASIR MIJEN DEMAK?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini pada umumnya yaitu untuk memperoleh data dan info perihal efek pemberian reward terhadap motivasi mencar ilmu siswa kelas IV MI AL HIKMAH PASIR MIJEN DEMAK. Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu untuk menjelaskan “pengaruh pemberian reward terhadap motivasi mencar ilmu siswa kelas IV MI AL HIKMAH PASIR MIJEN DEMAK”.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini sanggup dijadikan sebagai materi kajian ke arah pengembangan kompetensi mengajar guru dalam proses mencar ilmu mengajar di kelas. Penelitian ini diharapkan sanggup menambah wawasan bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan terutama yang berafiliasi dengan motivasi siswa dalam proses berlangsungnya proses mencar ilmu mengajar di kelas. Selain itu, penelitian ini bisa menjadikan materi masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu bagi pihak-pihak yang berkepentingan guna menjadikan penelitian yang lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
Kegunaan penelitian secara mudah diharapkan sanggup mempunyai kegunaan sebagai berikut.
a. Manfaat bagi guru, sanggup memperlihatkan info bagi para guru biar meningkatkan kualifikasinya sebagai upaya untuk meningkatkan profesionalisme.
b. Manfaat bagi siswa, sanggup memperlihatkan motivasi bagi siswa melalui derma reward sanggup mensugesti semangat dan keaktifan siswa dalam proses mencar ilmu mengajar.
c. Manfaat bagi peneliti, hasil penelitian ini sanggup dijadikan sebagai temuan awal untuk melaksanakan penelitian lanjut perihal model-model pembelajaran yang sanggup meningkatkan motivasi mencar ilmu siswa.
E. Hipotesis Penelitian
Berkenaan dengan duduk kasus yang diteliti, maka dirumuskan hipotesis penelitiannya yaitu “Pemberian reward besar lengan berkuasa signifikan terhadap motivasi mencar ilmu siswa kelas IV MI AL HIKMAH PASIR MIJEN DEMAK”.
F. Kajian Pustaka
1. Reward
a. Konsep Dasar Reward
1) Definisi Reward
Reward (ganjaran), merupakan suatu teori penguatan positif yang bersumber dari teori behavioristik. Menurut teori behavioristik mencar ilmu yaitu perubahan tingkah laris sebagai jawaban darinya adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain mencar ilmu yaitu merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laris dengan cara yang gres sebagai hasil dari interaksi antara stimulus dan respon.
Reward berasal dari bahasa Inggris yang berarti penghargaan atau hadiah.[1] Sedangkan reward menurut istilah ada beberapa hal, diantaranya adalah:
Menurut Ngalim Purnomo reward adalah alat untuk mendidik belum dewasa supaya anak sanggup merasa bahagia lantaran perbuatan atau pekerjaanya mendapat penghargaan[2].
Menurut Amir Daien indrakusuma reward adalah evaluasi yang bersifat posistif terhadap mencar ilmu siswa.[3]
Dari beberapa pendapat diatas, sanggup disimpulkan bahwa reward adalah suatu segala sesuatu berupa penghargaan yang menyenangkan perasaan yang diberikan kepada siswa lantaran hasil baik dalam proses pendidikannya dengan tujuan biar senantiasa melaksanakan pekerjaan yang baik dan terpuji.
Peranan reward dalam proses pengajaran cukup penting terutama sebagai faktor eksternal dalam mensugesti dan mengarahkan sikap siswa. Hal ini di dasarkan atas banyak sekali pertimbangan logis, diantaranya reward ini sanggup menjadikan motivasi mencar ilmu siswa dan sanggup mensugesti sikap positif dalam kehiduan siswa.
Reward merupakan alat pendidikan yang gampang dilaksanakan dan sangat menyenangkan bagi para siswa. Untuk itu, Reward dalam suatu proses pendidikan sangat dibutuhkan kebenarannya demi meningkatkan motivasi mencar ilmu siswa.
Maksud dari pendidik memberikan Reward kepada siswa yaitu supaya siswa menjadi lebih ulet lagi usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi prestasi yang telah dicapainya, dengan kata lain siswa menjadi lebih keras kemauannya untuk mencar ilmu lebih baik.
2) Tujuan Reward
Mengenai masalah reward, perlu peneliti bahas perihal tujuan yang harus dicapai dalam pemberian reward. Hal ini dimaksudkan, biar dalam berbuat sesuatu bukan lantaran perbuatan semata-mata; namun ada sesuatu yang harus dicapai dengan perbuatannya, lantaran dengan adanya tujuan amak akan memberi arah dalam melangkah.
Tujuan yang harus dicapai dalam pemberian reward adalah untuk lebih menyebarkan dan mengoptimalkan motivasi yang bersifat intrinsik dari motivasi ekstrinsik, dalam artian siswa melaksanakan suatu perbuatan, maka perbuatan itu timbul dari kesadaran siswa itu sendiri.
Jadi, maksud dari reward itu yang terpenting bukanlah hasil yang dicapai seorang siswa, tetapi dengan hasil yang dicapai siswa, guru bertujuam membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik dan lebih keras pada siswa.
Seperti halanya telah disinggung diatas, bahwa Reward disamping merupakan alat pendidikan represif yang menyenangkan, Reward juga sanggup menjadi pendorong atau motivasi bagi siswa belajar lebih baik lagi.
2. Motivasi Belajar
a. Konsep Dasar Motivasi Belajar
1) Definisi Motivasi belajar
Motivasi yaitu perubahan energi dalam diri (pribadi) seorang yang di tandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. [4]
Wasty Soemanto beropini bahwa motivasi yaitu suatu perubahan tenaga yang di tandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi pencapaian tujuan. [5]
Tabrani Rusyan berpendapat, bahwa motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melaksanakan sesuatu untuk mencapai tujuan. [6]
Heinz Kock memperlihatkan pengertian motivasi yaitu menyebarkan keinginan untuk melaksanakan sesuatu. [7]
Dalam uraian diatas, motivasi sanggup didefinsikan sebagai suatu pendorong seseorang untuk melaksanakan sesuatu yang mengarahkan ke tingkah yang positif.
Hampir semua jago telah mencoba merumuskan dan menafsirkan perihal belajar. Seringkali pula perumusan dan penafsiran perihal mencar ilmu itu berbeda-beda. Dalam uraian ini penulis akan mengutip mencar ilmu berdasarkan pandangan behavioristik.
Menurut teori behavioristik, mencar ilmu yaitu perubahan tingkah laris sebagai jawaban dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, mencar ilmu merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuan untuk bertingkah laris dengan cara yang gres sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.[8]
Motivasi mencar ilmu merupakan unsur yang penting dalam proses pembelajaran. Ada atau tidaknya motivasi mencar ilmu dalam diri siswa akan memilih apakah siswa akan terlibat serta aktif dalam proses pembelajaran atau bersifat pasif tidak peduli. Kedua kondisi ini tentu saja berakibat yang sangat berbeda dalam proses pembelajaran dan hasilnya.
Dalam ruang kelas guru dihadapkan dengan banyak sekali macam siswa. Guru terkadang mengalami kesulitan untuk sanggup memotivasi siswanya. Hal ini disebabkan oleh banyak hal: contohnya keterbatasan waktu, kebutuhan emosional setiap siswa yang perlu diperhatikan guru, tuntutan hasil yang mencar ilmu yang sesuai, dan lain-lain. Berbagai kondisi tersebut menjadi sumber stres bagi para guru sehingga tidak bisa melaksanakan fungsinya sebagai motivator.
Komponen utama motivasi ada tiga yaitu kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan muncul apabila terjadi ketidakseimbangan antara yang dimiliki dengan yang diharapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada impian atau pencapaian tujuan. Tujuan dalam hal ini yaitu sebagai pemberi isyarat pada sikap insan di dalamnya sikap membaca pemahaman.
Motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mensugesti serta mengubah kelakuan. Fungsi motivasi meliputi:
a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan.
b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah.
c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak.
Dalam aktivitas pembelajaran, berdasarkan Oemar Hamalik, motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut:[9]
a. Motivasi memilih tingkat keberhasilan perbuatan mencar ilmu murid
b. Pembelajaran yang bermotivasi pada hakekatnya yaitu pembelajaran yang diubahsuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada murid.
c. Pembelajaran yang bermotivasi menuntut kreatifitas dan imajinasi guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan sesuai guna membangkitkan dan memelihara motivasi mencar ilmu siswa
d. Berhasil atau gagalnya dalam memakai motivasi dalam pembelajaran erat pertaliannya dengan pengaturan disiplin kelas.
e. Penggunaan motivasi dalam mengajar buku saja melengkapi mekanisme mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang memilih pengajaran yang efektif.
Dari beberapa pendapat di atas, maka sanggup disimpulkan bahwa motivasi yaitu suatu perjuangan yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laris seseorang biar ia terdorong untuk bertindak melakuan sesuatu sehingga sanggup mencapai tujuan.
2) Jenis-jenis Motivasi
Berdasarkan jenis motivasi, motivasi dikelompokan menjadi dua macam, yaitu;
a) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang tercaup didalam situasi mencar ilmu dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa. Motivasi ini sering juga disebut motivasi murni. Motivasi yang sebetulnya yaitu motivasi yang timbul dalam diri siswa sendiri.
Motivasi Intrinsik ini yaitu motivasi yang hidup dalam diri siswa dan mempunyai kegunaan bagi motivasi mencar ilmu yang fungsional.
Dalam hal ini, reward tidak diharapkan lantaran tida akan mempunyai dampak bagi siswa, arena dalam hal ini motivasi tumbuh dalam diri siswa itu sendiri, tanpa adanya faktor eksternal. Motivasi intrinsik yaitu bersifat riil dan inilah motivasi yang sesungguhnya yaitu dari kemauan siswa itu sendiri.
b) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik yaitu motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, menyerupai angka kredit, ijasah, hadiah, dan lain-lain. Motivasi ekstrinsik ini tetap diharapkan di sekolah, alasannya yaitu pengajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat siswa atau sesuai dengan kebutuhan siswa. Lagi pula sering sekali siswa belum mengetahui untuk apa ia mencar ilmu hal-hal yang diberikan di sekolah. Karena itu motivasi terhadap pelajaran itu perlu dibangkitkan oleh para guru sehingga siswa mau dan ingin belajar. Dalam hal ini guru sanggup memilih sendiri cara bagaimana untuk memotivasi siswa supaya aktif dalam pembelajaran di kelas.
3) Teori Motivasi
a. Teori Hedonisme
Hedonisme adalah bahasa yunani yang artinya ”kesukaan, kesenangan, atau kenikmatan”. Hedonisme yaitu susatu aliran didalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang pertama pada insan yaitu mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi.[10]
Implikasi dari teori ini yaitu adanya anggapan bahwa semua orang kan cenderung menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan, atau mengandung resiko berat, dan lebih suka melaksanakan sesuatu yang mendatangkan kesenangan baginya, misalnya: siswa di suatu kelas merasa gembira dan bertepuk tangan mendengar pengumuman dari kepala sekolah bahwa guru matematika mereka tidak sanggup mengajar lantaran sakit, seorang pegawai segan bekerja dengan baik dan malas bekerja, tetapi menuntut honor atau upah yang lebih tinggi, dan banyak lagi referensi yang lain, yang memperlihatkan bahwa motivasi itu sangat diperlukan. Menurut teorisme diatas, para siswa dan pegawai tersebut pada referensi diatas harus diberi motivasi secara sempurna biar tidak malas dan mau bekerja dengan baik, dengan memenuhi kesenangannya.
b. Teori Daya Pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara teori naluri dengan teori reaksi yang dipelajari. Daya pendorong adalahsemacam naluri, tetapi haya satu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Misalnya, suatu daya pendorong pada jenis kelamin yang lain.semua orang dalam semua kebudayaan mempunyai daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Namun, cara yang dipakai dalam mengejar kepuasan terhadap daya pendorong pendorong berlain-lainan. Bagi tiap individu berdasarkan menurut latar belakang kebudayaan masing-masing. Oleh lantaran berdasarkan teori ini, kalau seorang pemimpin ataupun pendidik ingin memotivasi penerima didiknya, ia harus mendasarkannya atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya.
Memotivasi anak didikyang semenjak kecil dibesarkan didaerah gunung misalnya, kemungkinan besar akan berbeda dengan anak didik ayang dibesarkan di kawasan kota meskipun duduk kasus yang dihadapinya sama.
c. Teori Kebutuhan
Teori kebutuhan merupakan teori yang seringkali dipakai dan dianut oleh orang lantaran mereka beropini bahwa pada hakekatnya insan bertindak atau berbuat yaitu untuk memenuhi kebutuhan, baik itu psikis atau fisik. Sebelum seorang pendidik atau pemimpin sebelum memperlihatkan motivasi, ia harus mengetahui terlebih dahulu apa yang dibutuhkan oleh orang yang akan diberi motivasi.
Teori kebutuhan yang paling populer yaitu teori kebutuhan dari Maslow. Sebagai seorang pakar psikologi ia beropini bahwa kebutuhan pokok insan ada lima tingkatan. Kebutuhan itu antara lain sebagai berikut:
a) Kebutuhan yang bersifat fisiologis
Kebutuhan ini yaitu kebutuhan dasar, menyerupai cukup pangan, sandang, dan papan. Dalam kelas kebutuhan ini biasa kita jumpai; siswa yang tidak sempat makan pagi, siswa yang terganggu lantaran kelasnya panas, dan lain-lain. Hal ini perlu mendapat perhatian dari guru.
1) Kebutuhan menjadi suatu kelompok
Kebutuhan ini mencakup rasa ingin dicintai, pribadi yang diakui kelompok, setia kawa, kerjasama, dan lai-lain. Di sekolah kita banyak menlihat seorang siswa yang sedang bermain dihalaman. Guru seharusnya bisa menjadi apa yang di inginkan siswanya. Jika ia membutuhkan sobat jadilah sobat hangat bagi para siswanya.
2) Kebutuhan dihargai
Seorang mempunyai kebutuhan untuk diakui dan dihargai berdasarka kemampuan dan kualitas yang dimilinya. Pada dasarnya siswa ingin dihargai orang lain sebagai bukti dan kepercayaannya kepada dirinya sendiri sebagai orang yang berguna, kompeten, dan sebagainya.
3) Kebutuhan aktualisasi diri
Ini yaitu kebutuhan yang tertinggi. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan keinginan untuk menyebarkan diri semaksimal mungkin. Perwujudannya terlihat dari keinginan untuk mempelajari hal-hal baru, menikmati keindahan lukisan atau seni, atau keinginan untuk mempunyai hidup yang berkembang dengan seimbang dalam banyak sekali area kehidupan. Dalam konteks kelas, siswa berada kebutuhan yang berlainan. Siswa ada yang dari keluarga yang berkecukupan dan ada yang dari keluarga kekurangan. Hal inilah yang mengakibatkan tingkat kebutuhan mereka berbeda-beda.
4) Tujuan Motivasi Belajar
Secara umum sanggup dikatakan bahwa tujuan motivasi yaitu untuk menggerakkan atau menggugah seorang untuk timbul keinginan atau kemauan untuk melaksanakan sesuatu sehingga sanggup memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu[11]
[2] M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 182
[3] Menurut Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasiona, 1973), hlm. 159
[6] Tabrani Rusyan, dkk. Pendekatan dalam proses Belajar Mengajar. (Bandung: CV Remaja Rosdakarya, 1989), hlm. 95
[11] Wahid Murni, “Cara Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitian Lapangan”, (Malang: UM Press, 2008), hlm. 41
Advertisement